Seorang gadis berencana untuk pergi ke sebuah pasar swalayan di dekat rumahnya untuk membeli sekotak
ice cream literan produksi X. Sudah sejak lama ia ingin menikmati
ice cream chocolate chip kesukaannya itu. Sesampainya di supermarket tersebut, sang gadis langsung menuju ke gerai makanan beku, di mana di salah satu pojok toko, terdapat lemari pendingin yang berisi berbagai jenis
ice cream dan makanan beku lainnya. Gadis itu melihat-lihat sejenak untuk memastikan di mana letak
ice cream kesukaannya itu.
Tiba-tiba tanpa diketahui si gadis, datanglah SPG sebuah produsen
ice cream. Si gadis kaget, karena keasyikannya itu terganggu dengan kedatangan mbak-mbak-SPG itu. Sebelum sempat mengucapkan apa-apa,
SPG itu menawarkan sebuah merk ice cream (bukan merk yg sedang dicarinya), namun si gadis tetap berpura-pura mencari sambil berusaha tersenyum pada si-mbak-mbak-SPG dengan harapan si-mbak segera pergi dan membiarkannya memilih sendiri
ice cream yang dikehendakinya (sendiri!).
Namun sial bagi si gadis, ketika merasa bujukannya kurang berhasil, SPG itu malah makin berusaha untuk menawarkan produk yang dijualnya (
ice cream dari produsen Y) dengan menyebutkan berbagai pilihan jenis
ice cream yang tersedia. Takut mengecewakan usaha SPG tersebut, si gadis ”berpura-pura” melihat ke arah yang ditunjuk, padahal ketika itu ia sudah menemukan di mana
ice cream kesukaannya berada. Berusaha untuk menyembunyikan kekecewaan atas kehadiran si-mbak, si gadis pura-pura bertanya mengenai
ice cream chocolate chip yang diproduksi oleh produsen Y, padahal si gadis mengetahui dengan pasti bahwa jenis
ice cream tersebut tidak diproduksi oleh produsen Y.
Malangnya, bukannya mengatakan tidak ada, namun si-mbak malah terus menerus menawarkan sambil berusaha mengambilkan
ice cream yang menurutnya mirip dengan keinginan si gadis. Si gadis berusaha untuk "
mendiamkan" si-mbak dengan terus melakukan tindakan “mencari-cari”, dengan harapan si-mbak akhirnya merasa bosan sendiri menawarkan sesuatu tanpa hasil dan meninggalkannya atau paling tidak, membiarkan ia memutuskan sendiri, bukannya “
menempel” terus. Namun ternyata, provokasi sedemikian rupa yang dilakukan oleh si-mbak malah membuat
gadis tersebut menyerah dan akhirnya luluh membeli ice cream yang ditawarkan tersebut (
triple chocolate, untungnya).
Dan dapat ditebak, si gadis pulang ke rumah dengan kecewa sambil membayangkan muka “kemenangan” di wajah mbak-mbak-SPG itu. Masih
untung harga
ice cream yang dibelinya lebih murah dari harga ice cream yang disukainya, dan
ice cream jenis itu juga disukainya. Kalau tidak, mungkin si gadis tidak hanya kecewa , namun juga marah-marah sendiri di dalam mobil sepanjang perjalanan pulang ke rumah sambil membodohi dirinya sendiri.
*
based on true story*
(untuk mencegah hal2 yang tidak diinginkan, nama subjek dan produsen dalam cerita ini disamarkan =P)
*untuksegalasesuatuadawaktunya*